Cara Menulis Skenario Film

Sineas Muda
9 minute read
0

Pembuatan sebuah film harus direncanakan sematang mungkin. Salah satu bagian dari produksi film yang terpenting adalah penulisan skenario. Skenario termasuk unsur yang dibutuhkan paling awal sebagai rancangan membuat film. Ketika sebuah skenario telah selesai, maka sebenarnya film telah selesai dibuat pula dalam bentuk tertulis. Lantas bagaimana cara menulis skenario? Berikut ini akan dipaparkan teknik menulis skenario yang diambil dari beberapa sumber di internet.


1. Ide Cerita

Ide cerita yang ada di kepala sebaiknya langsung dituangkan kedalam tulisan. Cukup ke dalam satu kalimat. Contohnya: tentang seorang pemuda yang jatuh cinta kepada wanita yang tak pernah bisa ia ajak bicara, atau tentang seorang jagoan yang diutus kebumi untuk menumpas kejahatan. Dalam bahasa Inggris, biasanya wujudnya seperti ini: the story tells us about a maid that goes to a dance party in a castle, atau, about a father that always lie to his son.

Apapun bentuknya, biasanya subyek yang ditulis di awal kalimat selalu manusia. Mungkin ada beberapa yang mau membuat subyeknya non-manusia, seperti binatang, matahari, air, waktu, atau apapun. Namun biasanya akan menemui kesulitan dalam pengembangannya karena subyek-subyek non-manusia kadang tidak bisa melakukan aksi dan jarang sekali memiliki problem yang menarik. Seandainya tetap ingin membuat subyek non-manusia, biasanya subyek tersebut tetap “dimanusiakan”, atau dipersonifikasikan, dan tetap memiliki karakter-karakter manusia.


Contoh ide cerita Film Karandika

Ambisi Seorang Guru SMA menghalau dua sahabatnya untuk mengembangkan bisnis remaja, pada akhirnya berujung malapetaka dan penyesalan.


2. Cerita Dasar

Ide cerita yang cuma satu kalimat harus dikembangkan kedalam cerita dasar (basic story), yang isinya tidak lebih dari satu halaman folio dengan spasi satu setengah dan font times new roman ukuran 12. Biasanya cerita dasar berkisar setengah halaman saja. Isi dari cerita dasar itu ada keterangan tempat dan waktu, keterangan tokoh-tokoh yang muncul dalam cerita, problem-problem utama, serta penyelesaian. Jangan malu-malu untuk menulis akhir dari cerita yang dibuat, jangan disimpan-simpan sendiri atau untuk membuat surprise orang. Tidak ada orang yang bisa anda kejutkan dalam proses penulisan skenario.


3. Karakter

Dalam skenario yang akan kita buat, akan muncul tokoh-tokoh. Kita harus membuat dan mengenalinya lebih dalam. Gunanya banyak. Kita akan tahu bagaimana tokoh tersebut berdialog, berpikir dan bertindak. Kita akan tahu bagaimana si tokoh akan memecahkan masalah. Juga bagaimana koflik antara satu tokoh dengan tokoh lain. Pada tahap pencarian pemain (casting), penjelasan karakter juga sangat membantu untuk menemukan pemain yang cocok untuk memerankan tokoh yang dibuat. Selanjutnya, bagi pemain itu sendiri akan lebih mudah untuk memahami karakter tokoh yang harus dimainkannya.

Untuk mengembangkan karakter tokoh, kita bisa melakukannya dengan memberikan data mengenai : nama lengkap dan panggilan, agama, umur, hubungan keluarga dan pertemanan, kegemaran (ilmu pengetahuan, film, musik, olahraga, bacaan, makanan), ciri-ciri fisik, intelejensia, gaya busana, cara berbicara, sifat, tempat tinggal, dan lain-lain.

Contoh perincian karakter:

Lili, Gadis yatim piatu usia 17 tahun, sederhana, memikili sifat pendiam, rajin, cerdas, dan pandai berteman. Dalam kondisi tertentu karena di kecewakan terkadang menjadi gadis pendendam


4. Lokasi

Untuk membuat adegan, kita harus menentukan set dan lokasi (tempat adegan berlangsung) terlebih dahulu. Ini akan memudahkan kita untuk menentukan adegan. Sedang apa, posisinya dimana, dari mana, menuju kemana, melihat apa atau memandang ke arah mana.

Tempat kejadian berlangsung itu bisa berupa set yang dibangun di studio, misalnya ruang-ruang dalam rumah seperti teras, ruang tamu, ruang tengah, kamar, dapur atau kita menggunakan bagian dari bangunan rumah yang sebenarnya. Yang dimaksud set tidak selalu harus rumah, tapi juga jalan atau tempat lain.

Penjelasan set ini, selain berguna bagi kita ketika membuat skenario, juga berguna sebagai petunjuk bagi set builder untuk membangun set di studio atau bagi unit produksi untuk mencarikan bagunan yang akan dijadikan sebagai set yang sesuai dengan tuntutan skenario.


5. Plot

Penyusunan plot yang merupakan alur cerita sangat diperlukan dalam menulis skenario sebagaimana dalam penulisan novel maupun cerpen. Struktur plot lazimnya terdiri dari 3 (tiga) babak yaitu set up atau awal konflik, confrontation atau komplikasi masalah, dan resolution atau penyelesaian masalah. Dengan adanya plot yang disusun terlebih dahulu akan sangat membantu penulis dalam penulisan skenario.

Bentuk plot secara sederhana adalah sebagai berikut :

  • Babak IDimeja kerja nya, Deon (42) menggunakan kemeja rapih sebagai seorang guru dan kemudian telpon masuk dari seseorang yang akan mengembalikan buku. Deon (42) Mengangkat Hp yang ada diatas meja kerja nya. Telpon ditutup, Deon (42) masih memegang hp. Dan membuka gallery foto. Kemudian teringat kenangan masa sma bersama Bagas (42). Deon (42) dan Bagas (42) berbicara sambil minum kopi di Kantin Sekolah. Suasa diskusi yang cukup hangat kedua nya pagi itu. Lili (17) datang menghampiri Deon (42), memberikan barang pesanan dan kemudian pergi dengan terburu buru. Deon (42) dan Bagas (42) berbicara tentang kebaikan dan prestasi Lili (17) di sekolah.
                                                                       Info Film Karandika
  • Babak IIDeon (42) membaca buku dimeja petugas Perpustakaan, Lili (17) dan Bagas (42) asik sedang berdiskusi dan foto berdua, Ali (42) berada disudut ruang yang berbeda di dalam Perpustakaan. Ali (42) Mendapat Jadwal Bertugas Menjaga Perpustakaan Hari Itu. Deon (42) menatap sinis kearah keduanya, dan diam - diam mengambil foto Bagas (42) dan Lili (17) yang sedang foto berdua. Saat Bagas (42) melihat ke arah Deon (42), dan Deon (42) pun pergi dari perpustakaan meninggalkan kedua nya.

                                                                       Info Film Karandika

  • Babak IIIAli (42) masuk ke ruang kerja Deon (42), membawa buku Deon (42) dan mengembalikan nya. Deon (42) sedang melamun kearah bingkai photo nya bersama Bagas (42), kemudia terkejut karena suara orang mengetuk pintu. Dalam kebingungan, Deon (42) membuka buku nya. Terkejut dia melihat sobekan foto Lili (17) ada di dalam buku nya. Diwaktu yang bersamaan, bagas telpon.
                                                                       Info Film Karandika

Untuk membuat Plot secara lengkap, kalian dapat membaca pada artikel berikut : Teknik dalam membuat Plot Skenario

6. Outline

Outline adalah susunan urutan adegan per adegan secara lebih rinci. Jadi bisa dikatakan bahwa outline adalah penjabaran dari plot. Contoh outline adalah sebagai berikut :

1. Di Meja Kerja Deon :
1.1 Dimeja kerja nya, menggunakan kemeja rapih sebagai seorang guru dan telpon masuk dari seseorang yang akan mengembalikan buku.
1.2 Deon Menoleh Kearah Bingkai Foto Di Atas Mejanya
1.3 Telfon ditutup, Deon masih memegang HP. Dan membuka gallery foto. Kemudian teringat kenangan masa sma bersama Bagas. 
1.4 ... dst

7. Scene

Scene atau scene heading merupakan informasi tentang adegan. Scene heading umumnya terdiri dari nomor scene, INT/EXT, lokasi adegan, dan waktu adegan. INT singkatan dari interior digunakan apabila pengambilan gambar dilakukan di dalam ruangan. sedangkan EXT singkatan dari exterior digunakan apabila pengambilan gambar dilakukan di luar ruangan. Adapun bentuk scene heading adalah sebagai berikut :

INT. RUANG KANTOR - MEJA DEON - DAY 


ACTION
Action atau aksi adalah keterangan mengenai kejadian dalam setiap scene atau adegan yang merupakan penjabaran dari outline yang sudah dibuat sebelumnya. Untuk Scene 1 dapat ditulis sebagai berikut :

Scene 1. INT. RUANG KANTOR - MEJA DEON - DAY
Dimeja kerja nya, menggunakan kemeja rapih sebagai seorang guru dan telpon masuk dari seseorang yang akan mengembalikan buku. (Kring..Krrriing) Hp Berdering, Deon Mengangkat Hp yang ada diatas meja kerja nya.


Dialog & Parenthetical
Dialog adalah kata atau kalimat yang harus diucapkan oleh karakter dalam adegan. Sedangkan parenthetical adalah pentunjuk aksi atau ekspresi yang harus dilakukan oleh karakter dalam mengucapkan dialog. Misalnya emosi, sedih, menangis, tersenyum, tertawa, dan sebagainya. Adapun dialog yang mengiringi perjalanan scene yang menunjukkan suara hati atau pikiran dari karakter tanpa melafalkan dialog digunakan istilah Voice Over (V.O), sedangkan dialog tanpa menampilkan karakter dalam adegan digunakan istilah Off Screen (O.S). Contoh dialog dan parenthetical adalah sebagai berikut :

INT. RUANG KANTOR - MEJA DEON - DAY 
DEON DAPAT TELPON DARI SESEORANG 
Dimeja kerja nya, menggunakan kemeja rapih sebagai seorang guru dan telpon masuk dari seseorang yang akan mengembalikan buku. (Kring..Krrriing) Hp Berdering, Deon Mengangkat Hp yang ada diatas meja kerja nya.
               (Deon Mendapat Telpon Dari Seseorang)                                                               INTERCUT PHONE CONVERSATION

SUMITRO
selamat pagi Pak, benar ini dengan Pak Deon Adriano?

DEON (OFF CAMERA)
pagi, iya betul Pak,

SUMITRO 
saya dari UMKM Gunungsindur, ingin mengembalikan Buku yang pernah saya pinjam dari Pak Bagas Ardito Pambudi, Pak..!

Deon Menoleh Kearah Bingkai Foto Di Atas Mejanya

ATURAN BAKU
Dalam menulis skenario terdapat beberapa aturan baku, di antaranya:
1. Font Courier New
2. Ukuran/size 12.
3. Spasi satu (1). Bukan satu setengah, bukan dua

Ketiga format dasar di atas ada hubungannya dengan durasi film. Secara internasional sudah diakui bahwa dengan font courier new, size 12 dan spasi 1, maka satu halaman skenario sama dengan satu menit film. 120 halaman skenario = 120 menit film, atau dua jam.

Pernyataan ini pun sebenarnya masih tergantung juga pada seberapa detil penjelasan visual di skenario tersebut, dan berapa perbandingan antara penjelasan visual/action, dengan dialognya.


Istilah Penting :
  • BCU (BIG CLOSE UP): Pengambilan gambar dengan jarak yang sangat dekat. Biasanya, untuk gambar-gambar kecil agar lebih jelas dan detail, seperti anting tokoh.
  • CU (CLOSE UP): Pengambilan gambar dengan jarak yang cukup dekat. Biasanya, untuk menegaskan detail sesuatu seperti ekspresi tokoh yang penting, seperti senyum manis atau lirikan mata. Tokoh biasanya muncul gambar wajah saja.
  • COMMERCIAL BREAK: Jeda iklan. Penulis skenario harus memperhitungkan jeda ini, dengan memberi kejutan atau suspense agar penonton tetap menunggu adegan berikutnya.
  • CREDIT TITLE: Penayangan nama tim kreatif dan orang yang terlibat dalam sebuah produksi
  • CUT BACK TO: Transisi perpindahan dalam waktu yang cepat untuk kembali ke tempat sebelumnya. Jadi, ada satu kejadian di satu tempat, lalu berpindah ke tempat lain, dan kembali ke tempat semula.
  • CUT TO: Perpindahan untuk menggambarkan peristiwa yang terjadi bersamaan, tetapi di tempat yang berbeda atau kelanjutan adegan di hari yang sama.
  • DISSOLVE TO: Perpindahan dengan gambar yang semakin lama semakin kabur sebelum berpindah ke adegan berikutnya.
  • ESTABLISHING SHOT: Pengambilan gambar secara keseluruhan, biasa disingkat ESTABLISH saja.
  • EXT.(EXTERIOR): Menunjukan tempat pengambilan gambar diluar ruangan.
  • FADE OUT: Perpindahan gambar dari terang ke gelap secara perlahan.
  • FADE IN: Perpindahan gambar dari gelap ke terang secara perlahan.
  • FLASHBACK: Ulangan atau kilas balik peristiwa. Biasanya, gambarnya dibedakan dengan gambar tayangan sekarang.
  • FLASHES: Penggambaran sesuatu yang belum terjadi dalam waktu cepat; contohnya: orang melamun.
  • FREEZE: Aksi pada posisi terakhir. Harus diambil adegan yang terjadi pada tokoh utama dan dapat membuat penonton penasaran sehingga membuat penonton bersedia menunggu kelanjutannya.
  • INSERT: Sisipan adegan pendek, tetapi penting di dalam satu scene.
  • INTERCUT: Perpindahan dengan cepat dari satu adegan ke adegan lain yang berbeda dalam satu kesatuan cerita.
  • INT. (INTERIOR): Pengambilan gambar pada jarak jauh. Biasanya untuk gambar yang terlihat secara keseluruhan.
  • LS (LONG SHOT): Pengambilan gambar pada jarak jauh. Biasanya untuk gambar yang terlihat secara keseluruhan.
  • MAIN TITLE: Judul cerita pada sinetron atau film.
  • MONTAGE: Beberapa gambar yang menunjukkan adegan berurutan dan mengalir. Bisa juga menunjukkan beberapa lokasi yang berbeda, tetapi merupakan satu rangkaian cerita.
  • OS (ONLY SOUND): Suara orang yang terdengar dari tempat lain; berbeda tempat dengan tokoh yang mendengarnya.
  • PAUSE: Jeda sejenak dalam dialog, untuk memberi intonasi ataupun nada dialog.
  • POV (POINT OF VIEW): Sudut pandang satu atau beberapa tokoh terhadap sesuatu yang memegang peranan penting untuk tokoh yang bersangkutan.
  • SCENE: Berarti adegan atau bagian terkecil dari sebuah cerita.
  • SLOW MOTION: Gerakan yang lebih lambat dari biasanya. Untuk menunjukkan hal yang dramatis.
  • SFX (SOUND EFFECT): Untuk suara yang dihasilkan di luar suara manusia dan ilustrasi musik. Misalnya, suara telepon berdering, bel sekolah, dll.
  • SPLIT SCREEN: Adegan berbeda yang muncul pada satu frame atau layar.
  • TEASER: Adegan gebrakan di awal cerita untuk memancing rasa penasaran penonton agar terus mengikuti cerita.
  • VO (VOICE OVER): Orang yang berbicara dalam hati. Suara yang terdengar dari pelakon namun bibir tidak bergerak.

 

Posting Komentar

0Komentar

Please Select Embedded Mode To show the Comment System.*