REVIEW - BERBALAS KEJAM

Sineas Muda
0

Berbalas Kejam berupaya memberi perbedaan pada genre revenge thriller, sehingga ia pun tampak semakin menonjol mengingat minimnya kuantitas genre tersebut di Indonesia (jika pembalasan arwah arwah penasaran tak dihitung). Filmnya lebih menekankan proses menghadapi duka, dilema moralitas, serta nilai kemanusiaan, ketimbang glorifikasi kekerasan dalam aksi balas dendam. 

Tidak mengherankan, sebab ia lahir dari buah pikir Teddy Soeriaatmadja yang dikenal atas karya-karya alternatif seperti Lovely Man (2011), Something in the Way (2013), dan About a Woman (2014). Tapi ini bukan kali pertama Teddy menerapkan kekhasannya di "film genre". Dua tahun lalu ia melakukannya di Affliction dengan hasil mengecewakan. 

Berbalas Kejam punya hasil lebih baik. Minimal, apa pun kekurangan yang menghalangi, jajaran cast-nya selalu muncul sebagai penyelamat. Reza Rahadian memerankan Adam, arsitek yang dalam dua tahun terakhir hidup tanpa arah sejak peristiwa tragis yang merenggut keluarganya. Anak dan istri Adam dibunuh tepat di depan matanya oleh tiga perampok: Karni (Baim Wong), Gyat (Kiki Narendra), dan Franky (Haydar Salishz). 

Atas saran temannya, Adam mengunjungi psikolog guna mendapat perawatan. Amanda (Laura Basuki) namanya, seorang psikolog yang dipanggil "dokter". Walau tak punya dampak substansial pada alur, kealpaan naskah buatan Teddy perihal definisi "psikolog" dan "psikiater' merupakan satu lagi bentuk minimnya riset keilmuan para penulis film kita. 

Tapi naskahnya juga punya kekurangan yang berpengaruh besar pada kenikmatan mengikuti alurnya, yakni banyaknya kebetulan. Peristiwa yang memberi Adam ide untuk melancarkan balas dendam bisa terjadi karena unsur kebetulan luar biasa. Begitu pula sebuah twist yang sesungguhnya sudah bisa ditebak sejak salah satu karakternya mulai membuka diri. Semua serba kebetulan. 

Terkait proses balas dendamnya, Berbalas Kejam tampil memadai di segala lini. Tidak spesial, cenderung familiar, namun sudah cukup untuk membuat filmnya disebut "layak". Misal dentuman musik klise buatan Ricky Lionardi, tata kamera Vera Lestafa, hingga permainan tempo cepat dalam pengadeganan Teddy Soeriaatmadja. 

Konklusinya mungkin melucuti kepuasan ala revenge thriller, tapi menilik perspektif Berbalas Kejam, kesan itu dapat dimaklumi. Walau terkadang pesan anti-kekerasan miliknya agak kebablasan, semisal bagaimana ia sepenuhnya menyalahkan kekerasan yang dipakai untuk melawan penjahat di jalanan, tanpa menyisakan ruang bagi ambiguitas moral. 

Perjalanan Berbalas Kejam masih sangat jauh dari mulus, tapi seperti telah disebutkan, jika membahas kualitas akting, tidak ada keluhan yang tertinggal. Reza mumpuni dalam mengolah perasaan menyesakkan yang diakibatkan trauma, sementara Laura Basuki berjasa menghidupkan momen favorit saya di film ini. Momen humanis yang mengerti bahwa manusia, walau berstatus makhluk sosial, tetap perlu waktu menyendiri, dan orang-orang terdekatnya harus bersedia sejenak memberi ruang bagi kesendiriannya. 

Oh, dan jangan lupakan Baim Wong. Selain menduduki kursi produser, Baim turut menghadirkan performa solid, yang kembali mengingatkan bahwa "Baim Wong si youtuber" dan "Baim Wong si aktor" adalah dua entitas berbeda.

Tags

Posting Komentar

0Komentar
Posting Komentar (0)