Dunia Perfilman Indonesia: Cerminan Gaya Hidup Masyarakat dari Masa ke Masa

Sineas Muda
0

Ranah perfilman Indonesia berkembang dengan pesat. Seiring perkembangan zaman dan kemajuan teknologi, perfilman Indonesia mengalami perubahan yang besar. Jika orang tua kita dahulu hanya menonton film hitam putih tanpa suara, kini kita dapat menyaksikan film dengan visual yang memanjakan mata. Namun dari berbagai aspek, apakah film Indonesia di masa kini jauh lebih baik dari film-film jadul? Manakah yang lebih unggul? Benarkah film Indonesia saat ini hanya mengedapankan visual ketimbang jalan cerita?

Tidak perlu jauh menilik masa lalu, mari kita kembali ke tahun 1979 dimana pertama kalinya film Warkop DKI ditayangkan. Serial dengan tiga pemeran utamanya, Dono, Kasino, dan Indro ini sukses menghibur penonton dengan tingkah nya yang lucu. Hingga kini, Warkop DKI masih sering ditayangkan di saluran-saluran televisi dan masih digemari oleh masyarakat terutama orang-orang tua yang ingin bernostalgia lewat film tersebut. Namun, serial ini juga sempat mengundang kontroversi karena judul-judul yang digunakan kerap kali terkesan ambigu dan vulgar. Tentunya judul tersebut sengaja dibuat untuk menarik masyarakat untuk menonton.

Film bergenre komedi memang sangat digemari oleh berbagai kalangan. Hingga saat ini, film komedi masih diproduksi oleh industri-industri film di Indonesia. Film-film komedi saat ini menggunakan gaya lelucon yang sedikit berbeda. Humor yang disajikan terkesan dipaksakan. Aktor-aktor yang memerankannya sangat bergantung pada script sehingga kelucuan yang ditampilkan terasa kurang natural. Namun, tak sedikit juga film komedi saat ini yang berhasil mengundang tawa dengan lelucon yang fresh meski masih terkesan scripted.

Terlepas dari itu semua, selera humor setiap orang tentunya berbeda-beda. Kembali pada referensi masing-masing. Namun, tentunya komedi yang baik adalah komedi yang natural, mudah dipahami, dan dapat dinikmati penonton dari semua kalangan.

Jika berbicara soal perkembangan film, tentunya tidak terlepas dari teknik pengambilan dan teknologi yang digunakan dalam pembuatan film. Kedua hal tersebut sangat mendukung kualitas film yang ditayangkan. Film-film jadul diproduksi secara sederhana. Alat-alat yang digunakan tidak secanggih dan seberagam sekarang. Pengambilan gambar apa adanya dan tidak banyak efek yang digunakan.

Jika dibandingkan dengan film-film Indonesia saat ini, tentunya kualitas yang disajikan jauh berbeda. Tidak hanya dari kejernihan namun juga teknik pengambilan yang semakin beragam. Diperkaya dengan efek CGI yang memanjakan mata dan mengundang takjub. Sound effect yang digunakan semakin realistis sehingga penonton seolah-olah masuk ke dalam film yang disaksikannya. Saat ini, banyak film-film jadul yang di remake dengan pemeran-pemeran baru dan disajikan dengan kualitas gambar yang jernih serta alur yang lebih fresh.

Warkop DKI Reborn: Jangkrik Boss yang pertama kali ditayangkan pada tahun 2016 merupakan salah satu film hasil remake dari seri Warkop DKI di tahun 80-an. Diperankan oleh Abimana Aryasatya sebagai Dono, Vino G Bastian sebagai Kasino, dan Tora Sudiro sebagai Indro, film ini cukup sukses di pasaran dan berhasil menggaet lebih dari 6 juta penonton di bioskop. Dari segi teknik dan efek yang digunakan, tentunya Warkop DKI Reborn unggul. Namun apakah dapat selucu dan se-menghibur Warkop DKI jadul?

Katakanlah film komedi jadul masih lebih baik dari film komedi saat ini. Lalu bagaimana dengan genre film lainnya?

Film horror misalnya. Film-film horror Indonesia di awal tahun 2000an sangat kental dengan unsur vulgar. Banyak terdapat adegan dewasa dan tidak senonoh. Aktris yang memerankannya harus mengenakan pakaian yang sangat terbuka untuk menarik penonton. Tidak ada kesan horror sama sekali. Jatuhnya seperti film biru berkedok horror.

Seiring berjalannya waktu, pengawasan KPI terhadap film-film tanah air semakin ketat. Industri-industri film tidak banyak lagi memproduksi film horror bernuansa vulgar. Perubahan ini bisa dibilang suatu kemajuan bagi perfilman horror Indonesia. Film-film horror saat ini tidak banyak lagi mengandung adegan dewasa. Yang disajikan murni adegan mencekam yang mengundang rasa takut. Beberapa film horror Indonesia saat ini juga ada yang merupakan hasil remake dari film horror jadul. Pengabdi Setan dan Ratu Ilmu Hitam, misalnya. Kedua film tersebut berhasil menyajikan kembali kengerian dari versi jadulnya dengan apik dan berkesan.

Revolusi film Indonesia tidak terlepas dari people interest dan sudut pandang masyarakat. Tentunya dalam membuat sebuah film, rumah produksi akan menentukan terlebih dahulu audiens yang ingin diraihnya. Bisa jadi, perkembangan film di Indonesia dipengaruhi oleh minat penonton yang terus berubah dari generasi ke generasi. Masyarakat saat ini memiliki gaya hidup yang mungkin berbeda dari masyarakat dahulu. Begitu juga cara pandangnya terhadap sebuah film. Orang-orang tua kita mungkin akan terhibur menonton Warkop DKI, tapi belum tentu anak-anaknya dapat terhibur juga. Kita mungkin terhibur dengan film-film yang dipenuhi efek CGI, tapi belum tentu orang-orang tua kita bisa menikmatinya juga. Mereka mungkin akan berkomentar, “Ah, film ga masuk akal!”

Perkembangan film Indonesia menjadi bukti nyata dari perubahan gaya hidup serta daya tarik masyarakat dari masa ke masa. Perkembangan ini juga merupakan wujud kreativitas anak bangsa dalam memajukan perfilman Indonesia. Sebagai penonton yang budiman, kita harus menghargai jerih payah sutradara, penulis, pemeran, dan siapa saja yang bekerja dalam proses produksi sebuah film dengan tidak menonton dan menyebarkan versi bajakan yang tentunya ilegal. Mari dukung perfilman Indonesia agar lebih maju dan dikenal dunia.


Tags

Posting Komentar

0Komentar
Posting Komentar (0)